Indonesia memiliki potensi energi panas bumi sebesar 23.965,5 MW, yang setara dengan 40% dari total potensi energi panas bumi dunia pada tahun 2024. Namun, pemanfaatan sumber daya ini masih jauh dari optimal. Hingga saat ini, kapasitas terpasang baru mencapai 3.000 MW, atau sekitar 12,5% dari keseluruhan potensi yang dimiliki Indonesia.
Dalam upaya menghadapi tantangan eksplorasi panas bumi, mahasiswa Universitas Pertamina (UPER), Nisrina Syafa dan Maria Octaviana Moi dari Program Studi Teknik Geofisika, bersama Luthfan Difiesa dari Program Studi Teknik Geologi, bekerja sama merancang skema survei eksplorasi yang lebih efisien dan efektif. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi risiko dan menekan biaya eksplorasi melalui pendekatan ilmiah yang terintegrasi. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan dalam eksplorasi panas bumi.
“Kolaborasi antara tiga disiplin ilmu, yaitu Geologi, Geokimia, dan Geofisika (3G), sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan eksplorasi panas bumi. Geologi berperan dalam menganalisis struktur bumi untuk menentukan lokasi potensial energi panas bumi. Geokimia berfungsi untuk mengidentifikasi manifestasi geotermal, seperti sumber air panas, yang mengindikasikan keberadaan energi panas bumi. Sementara itu, Geofisika digunakan untuk mendeteksi dan memetakan potensi energi panas bumi di bawah permukaan secara lebih akurat,” jelas Nisrina.
Dengan mengombinasikan metode Gravity dan Magnetotelluric (MT), tim ini berhasil mencapai hasil yang signifikan. Metode tersebut menggunakan alat Gravimeter untuk mengukur variasi gaya gravitasi di permukaan bumi, yang mengindikasikan struktur geologi bawah tanah dengan 239 titik pengukuran. Sementara itu, metode MT menggunakan Magnetometer untuk mengukur variasi medan listrik dan magnetik, yang membantu mengidentifikasi suhu serta sifat geologi reservoir geotermal dengan 40 titik pengukuran.
Dalam kurun waktu dua bulan, Nisrina dan tim Geoventure berhasil mengidentifikasi area prospek seluas 36 km² dari total wilayah survei sebesar 221 km², dengan estimasi biaya survei mencapai 3 miliar rupiah. Mereka juga menyusun perencanaan yang matang untuk meminimalkan dampak lingkungan serta memprioritaskan aspek Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (HSSE) dalam setiap tahap pekerjaan.
Berkat inovasi dan pemikiran kreatif, tim Geoventure berhasil meraih juara pertama dalam ajang International Undergraduate Geophysics Competition (IUGC) 2024, yang diadakan di Institut Teknologi Bandung pada 14 September 2024. Kompetisi geofisika berskala internasional ini diikuti oleh berbagai perguruan tinggi dari dalam maupun luar negeri. Dalam kompetisi tersebut, tim Geoventure berhasil mengalahkan 13 tim di babak penyisihan dan 5 tim di babak final dalam kategori Geophysical Design Survey Competition.
Keselarasan kebutuhan industri serta materi pembelajaran yang didapatkan oleh Nisrina dan tim menjadi cerminan terhadap kemampuan individu dalam menjawab tantangan industri dengan baik dan menawarkan berbagai perspektif lainnya.
“Mahasiswa tidak hanya mendapatkan tambahan pengetahuan, tetapi juga dibekali untuk menghadapi berbagai tantangan industri dan sosial. Keberhasilan tim Geoventure mencerminkan bahwa Universitas Pertamina telah menyelenggarakan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri, agar lulusan dapat memenuhi tuntutan tersebut dengan karya-karya inovatif. Program Studi Geofisika, misalnya, telah menyesuaikan pembelajaran dengan mata kuliah Metode Gravity dan Metode MT. Selain itu, keberhasilan ini didukung oleh sistem pembelajaran yang melibatkan dosen ahli dan praktisi, memberikan siswa gambaran nyata mengenai kebutuhan industri saat ini dan masa depan,” tutup Prof. Wawan Gunawan A. Kadir MS., selaku Rektor Universitas Pertamina.
Sebagai informasi, saat ini kampus besutan PT Pertamina (Persero) tengah membuka peluang untuk berkuliah di UPER. Bagi calon mahasiswa yang tertarik, dapat mengakses informasi selengkapnya melalui https://pmb.universitaspertamina.ac.id/.