Bagi setiap pemilik bisnis startup tentu saja mengininkan untuk meraih kesuksesan dan juga keuntungan. Meskipun demikian, tidak sedikit perusahaan startup yang mengalami kegagalan bahkan dalam usia yang singkat sebelum ia sempat tumbuh dan berkembang.
Karena alasan itulah, sangat penting bagi para pelaku bisnis startup untuk mengetahui cara kerja build measure learn (BML) sekaligus bagaimana menerapkannya dalam membangun sebuah startup.
Banyak sekali faktor yang dapat menjadi penyebab dari kegagalan sebuah perusahaan rintisan. Mulai dari faktor manajerial yang tidak baik, kurangnya modal dan pendanaan, hingga model bisnis yang tidak sesuai. Umumnya, perusahaan sratrup yang sukses sangat dipengaruhi oleh peranan pendirinya dalam menyikapi market.
Tujuan Build Measure Learn
Maka tidak berlebihan jika setiap pelaku bisnis startup harus benar-benar memahami BML dengan baik. Adapun siklus BML itu sendiri merupakan sebuah feedback loop yang menjadi salah satu komponen terpenting di ranah bisnis startup.
Sementara itu, BML memiliki tujuan guna menjawab setiap ketidak pastian, asumsi, dan risiko menjadi sebuah pemahanman yang bermanfaat untuk para pegiat startup. Selanjutnya, ketidakpastian, risiko dan asumsi tersebut dapat dikonversikan menjadi ilmu dan pengetahuan melalui sebuah eksperimen, yang dapat digunakan bagi perusahaan rintisan untuk mengembangkan produk, layanan, operasi bisnis, dan lain lainnya.
Tahapan Build Measure Learn
Di dalam siklus BML itu sendiri terdapat tiga tahapan, di mana sebuah perusahaan rintisan harus benar-benar mengetahui apa saja yang harus dipelajari, selanjutnya mengenali semua kebutuhannya melalui eksperiman atau percobaan yang terukur.
Kemudian eksperimen tersebut dapat dimanfaatkan guna menentukan apakah perusahaan startup tersebut sudah mendapatkan validasi dari sebuah produk atau tidak. Sehingga pada akhirnya pelaku startup akan mengetahui dengan jelas, produk apa yang semestinya dibangun dan dikembangkan.
Berikut ini adalah tiga tahapan dalam siklus BML.
1. Membangun
Dalam tahapan membangun ini, pertama terdiri dari desain eksperimen. Pada titik ini, Anda sebagai pemilik bisnis startup harus membangun eksperimen secara jelas dan juga mencari tahu bagaimana agar semuanya menjadi pas dan cocok atau klop ketika digabungkan.
Karena itulah, Anda membutuhkan sebuah metode yang kuat dan valid dalam mengumpulkan data, sehingga data tersebut nantinya dapat diandalkan dan ditindaklanjuti dengan baik.
Selanjutnya, Anda harus membangun eksperimen. Kuncinya adalah berpikir dengan sederhana dna tidak terburu-buru. Anda sebagai pemilik bisnis startup tidak perlu grusa-grusu yang nantinya justru dapat membuat Anda kerepotan.
Kemudian saatnya Anda menjalankan eksperimen. Titik ini merupakan waktu yang tepat untuk mengumpulkan data. Anda dapat menggunakan teknik wawancara atau pun menyebarkan kuesioner.
2. Mengukur
Setelah Anda menyelesaikan tahap membangun melalui eksperimen, maka selanjutnya Anda harus mengukur data-data yang sudah Anda kumpulkan. Petama yang harus Anda lakukan adalah menganalisis data yang sudah Anda dapatkan untuk diolah dan dibandingkan dengan hipotesis yang telah Anda dibuat sebelumnya.
Selanjutnya, data tersebut perlu Anda kelola dan diorganisasi dengan baik serta teratur agar dapat dimengerti dengan mudah. Kemudian saatnya Anda mempresentasi data tersebut, agar semua orang yang terlibat di dalam tim atau perusahaan rintisan yang Anda jalani memahami dengan data yang Anda presentasikan tersebut.
3. Pembelajaran
Pada tahapaan ini, Anda seharusnya sudah mulai dapat menjawab berbagai pertanyaan dan permasalahan terkait startup yang Anda bangun. Dari permasalahan yang dialami user apakah Anda memiliki ide baru yang dapat menjadi solusinya.
Uji segera ide baru tersebut kepada pengguna agar mengetahui hasilnya. Jika perlu, lakukan penilaian dan inovasi ulang terhadap ide tersebut. Kumpulkan feedback, tanggapan dan masukan dari user untuk mengembangkan produk atau layanan dari bisnis startup Anda agar lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan para user.